Rabu, 25 April 2012

RE.CLAIM menghadirkan 60 lebih seniman Indonesia


Floating Island - Entang Wiharso
         Pameran seni rupa yang di dedikasikan untuk seluruh seniman Indonesia dari 1977-2011. Pameran RE.CLAIM menghadirkan karya lebih dari 60 seniman Indonesia. Pamaren berlangsung dari 8 april sampai 20 april 2012 di Galeri Nasional (GalNas), Jakarta.

Ide pameran ini muncul melalaui proyek lain dari Dr. Melani Setiawan, pencinta seni Indonesia. Pameran ini  pernah di adakan pada tahun sebelumnya, berupa kompilasi dan publikasi koleksi foto sejak tahun 1977 yang mendokumentasikan ketertarikannya dalam bidang seni rupa dan antusias terhadap komunitas seni rupa Indonesia.

Para seniman yang yang terlibat dalam RE.CLAIM, mempunyai keingintahuan serta penasaran terhadap arsip-arisp personal kisah-kisah yang hadir, dan  menyatakan  fakta-fakta yang terabaikan  terhadap karya mereka. Seniman yang berpartisipasi antara lainnya A.C Andre Tanama, Aditya Novali, Ruang Rupa, I Made Widya Diputra.
            
           “Saya berkunjung di sini dalam  rangka untuk apresiasi seni, karena di ganas jarang banget ngadaian  pameran group dari seniman yang udah terkenal sampai yang baru yang kaya gini,” ungkap Fahri, mahasiswa Seni Rupa UNJ.
           

salah satu seni yang di pamerkan dalam pameran RE.CLAIM 11 april 2012, Galeri Nasional, Jakarta.
        
           Para seniman ini menghadirkan beragam  interprestasi terhadap fungsi materi-materi dokumenter melalui kerja berdasarkan sumber-sumber arsip pribadi dan seringkali bersifat biografis.
            Seni seni yang di pamerkan  ada dalam bentuk lukisan, foto-foto, patung pahatan kayu dan batu, mural, dan  video.

Kutipan yang di ambil dari tulis tembok pameran Galeri Indonesia yang di ambil dari “numpang nampang” pameran solo nya dari Popo, Popo mengungkapkan gua paling engga akrab dengan kata “ideologis”, tapi singkatnya gagasan yang gua pakai dari gambar karakter yang gua buat ”silence speak”. Gua pengen berpidato tapi tanpa harus pake toa atau pengeras suara. Makanya gua menciptakan  gambar karakter gua dan gua bikin mural di tembok jalan. Dengan arti mulut gua diem tapi gambar  guacerewet.  

“performance art ini berubah arahnya, tidak lagi dilakukan aksi di jalan tetapi mulai ke panggung menjadi semacam  mempertontonkan kegiatan-kegiatan seni rupa pertunjukkan,”  ungkap F.X Harsono, kutipan dari tulis tembok Galeri Nasional.

Menurut dari arsip Dr. Melani menunjukkan  pada dekade 1980 terjadi perubahaan pada dunia seni.  Kemunculan dunia seni ini sama sekali bukan pengaruh  institutional theory, tetapi muncul kerana tumbuhnya pasar seni pada pertengan gahan 1980.

Dunia seni pada 1970-an  tidak  sepopuler pada era 1980-an  meskipun pada era 70-an tetap di beritakan di dunia massa.  Sejak 1980-an  kegiatan seni rupa semakin lama semakin populer.

Memasuki dekade 2010, menurut arsip Dr. Melani mengungkapkan kegiatan seni semakin mendunia di Indonesia dengan munculnya banyak art market dan pameran pameran yang di selenggarakan setiap senimannya.  (RN)

0 komentar:

Posting Komentar